Senin, 31 Desember 2012

Jurnal Akhir Tahun

 

Saat kita sadar akan arti pada jemari yang terlah mati kembali untuk menari
Hati nurani yang pergi untuk mencari asa yang tak kunjung kembalinya sang surya
Selepas peninggalan dari bulan kelima pada penantian panjang pada tibanya hirarki
Mati membusuk oleh panasnya sinar matahari pada siang ini

Maka, Kepastian pun menemukan arti penjabarannya lagi
Yang pasti adalah ketidak pastian yang besar dan tidak berujung 
Pada sebuah pengharapan akan datangnya akan pada sebuah waktu

Senin, 24 Desember 2012

Kisah Dari Batu Dan Rumput Ilalang


Biarkanlah rumput yang baru tumbuh
Menjadi ilalang yang rimbun
Biarkanlah angin yang berhembus
Menyejukkan hari yang terik

Kikislah batu kesombongan
Biar menjadi pecahan kerikil yang kecil
Agar lebih mudah dibawa
Agar tidak berat dipikul

Kadang kita lupa akan malam
Sering kita rindukan kelamnya
Kadang kita elukan nestapa dan duka
Dalam Murkanya

Tenanglah bersamanya disana tersemayam
Dan hatipun berganti malam

Senja Yang Padam


Pada hari yang mulai padam seperti biasanya
Diperjalanan pulang akupun terhenti untuk merenung
Dan sebuah bisikkan pun bergema ditelinga
'Lihatlah keatas, maka kau akan temukan jawabannya.'

Sejenak ku berfikir pada kata kata tersebut
Untuk berargumen kepada jiwa
Dan tanpa ragu akupun menengok keatas
Terlihat cahaya emas yang menembus langit

Sore itu memang bukan sore terbaik pada masa ini
Tetapi juga bukanlah yang paling buruk
Langitpun terlihat lebih dekat dari biasanya
Awan menampakkan bentuk yang sangat indah
Cahaya emas yang terpancar menjadikan pertanda

Pertanda akan datangnya masa keemasan saat datangnya kegelapan

Surya Angkara
Murka Prasangka
Duka Paduka
Laksana Hampa
Lingga Jiwa


Selasa, 18 Desember 2012

Jingga

Tanya pada asa yang kembali sejak datangnya ketiadaan
Membiarkan benih kembali tertanam dan tumbuh
Dengan segumpal ketidakpastian benih inipun terdabaikan
menungu waktu yang tepat untuk menabuh

Apakah akan terjawab? Saat akan datangnya sebuah keraguan
Banyak hal yang telah kita dapat selama perjalanan dan tidak sedikit hal yang kita lupa

Membran telinga pun terdengungkan kembali
Pada suara raungan dari ruangan tak bertuan
Dalam hening fokuspun tertati
Pada semerbak bau yang memercik kebisuan

Getir yang berujung kehilangan
Risaupun akhirnya padam
Lemah jarimu membelai dinginnya raga
Menembus sukma yang telah tiada